Film Review: Tendangan Dari Langit (2011)

Film-film bertemakan olahraga biasanya mempunyai formula yang mudah dikenali. Sesosok karakter yang awalnya “bukan apa-apa” kemudian menjadi “apa-apa”. Sebutlah itu klise, akan tetapi asal diolah dengan baik, materi yang usang bisa saja menjadi sesuatu yang berkilau dan inspiratif. Tendangan Dari Langit memiliki kisah yang bisa ditemui dalam banyak film bertema olahraga lainnya. Yang tidak biasa, Hanung Bramantyo (Tanda Tanya) dengan gemilang mempersembahkan kepada kita tidak hanya sebuah film yang inspiratif, akan tetapi juga sangat menyenangkan untuk disimak, memadukan dengan cantik intensitas dalam dramanya dengan adrenalin yang biasa kita temukan dalam pertandingan sepak bola.

Berkisah tentang Wahyu (pendatang baru yang bermain apik, Yosie Kristanto), seorang remaja SMA asal desa Langitan Bromo yang gemar sekali dengan sepak bola. Bahkan bisa disebut memiliki bakat di atas rata-rata, yang sangat dipahami oleh pamannya, Hasan (Agus Kuncoro). Oleh pamannya, Wahyu di “olah” menjadi seorang pemain bayaran yang sanggup memenangkan klub sepakbola yang dibelanya.

Sayangnya, ayah Wahyu, Darto, (diperankan dengan apik oleh Sujiwo Tejo) kurang berkenan dengan kegemaran sang anak. Pertentangan antara ayah dan anak ini kemudian dibungkus dalam sebuah melodrama yang sebenarnya sudah bisa ditebak arahnya kemana, namun film dengan sangat tangkas membuat kita terhanyut dalam haru birunya. Yang Wahyu inginkan hanyalah membahagiakan sang ayah.

Di satu kesempatan, Wahyu berkenalan dengan Coach Timo (Timo Scheunemann) dari klub Persema Malang. Dari sini, terbuka peluang bagi Wahyu untuk mengikuti sebuah pertandingan sepak bola yang lebih profesional, bersanding bersama dengan Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan (in extended cameo). Namun, ada satu ganjalan yang kemudian muncul dan akan menjadi aral bagi Wahyu untuk mencapai cita-citanya.

Dialog-dialog yang jujur namun cerdas olahan Fajar Nugros dalam skripnya menghapus nilai minus oleh plot yang klise. Apalagi Nugros dengan cukup lincah menarik-ulur emosi penonton oleh jalan ceritanya. Nilai lebihnya lagi, Hanung dengan cukup tangkas menerjemahkan isi skrip dalam bentuk visual. Sungguh luar biasa lanskap Bromo sebagai seting yang seolah-olah juga turut hadir berbicara dalam setiap adegannya. Tapi tidak hanya itu, film bertutur dengan sangat lancar dan yang paling penting, eksekusi pertandingan bolanya juga berjalan dengan sangat mulus dan meyakinkan.

Jika ada yang menyebutkan menonton Tendangan dari Langit layaknya sebuah film dalam ramuan Hollywood rasa lokal, rasanya sah-sah saja. Secara teknis, ini film juara. Dari segi akting, para pendukung memberi akting yang sangat ciamik. Bahkan, seorang Yosie Kristanto yang jelas-jelas pendatang baru, memberikan penampilan yang sangat menawan.

Chemistry, salah satu syarat agar jalinan interaksi antar-karakter terbangun dengan baik. Bahkan sub-plot-subplot sebagai bumbu cerita, seperti kisah asmara Wahyu dengan pujaan hatinya, Indah, (Maudy Ayunda) dipaparkan dengan baik dan hadir dalam porsinya yang tepat. Tidak terlalu mencuri perhatian, namun juga sukses memberi ritme tersendiri bagi dinamika ceritanya. Yang bisa menjadi catatan disini, bagaimana karakter-karakter berhasil dikembangkan dengan bernas tanpa harus terkesan mencurangi plot set-up yang telah dibangun sebelumnya. Sebagai contoh, kita lihat saja bagaimana Hasan dan Darto yang pada akhirnya justru menampilkan karakter yang bertolak belakang dari awal diperkenalkan kepada penonton.

Tentu saja, masih terdapat beberapa momentum yang engga-banget, namun patut disyukuri saat film dengan mulus mengantarkan ceritanya. Tendangan Dari Langit, tidak hanya berhasil sebagai sebuah film hiburan yang menarik, akan tetapi juga berhasil sebagai film dengan kandungan satir yang lumayan menyentil. Direkomendasikan!

3 responses to “Film Review: Tendangan Dari Langit (2011)”

  1. Wah bintangnya 4 nih? Boleh jg kyknya nih. Thx 4 your review, Ris…

  2. pemain yg paling apik adalah si tukang jaga warung

  3. “cukup lincah menarik-ulur emosi penonton oleh jalan ceritanya.” >> kok aku ga merasakan ini yaaa… bahkan aku agak kecewa..eh kecewa dink dengan titik balik bapaknya yg gitu ajah.. kurang ajah critanya.. ^^

Leave a comment